Friday, August 10, 2018

Ngomongin Film : CALL ME BY YOUR NAME (part 2)


Ngomongin soal Call Me by Your Name-nya belum selese. Keterkesanan ini masih berlanjut. Ahahaha…

Setelah di postingan sebelumnya aku bahas jalan cerita CMBYN, kali ini aku mau bahas soal soundtrack film, latar tempat, dan beberapa simbol di film itu yang membawa pengetahuan baru buat aku yang wawasannya sempit banget ini.

si Elio itu mukanya 'patung' banget btw.


Sebelumnya, kita udah tau ya, novel yang ditulis Andre Aciman tahun 2007 itu latar waktunya di tahun 1983. Di tahun segitu, hubungan sesama jenis di Itali udah bukan hal tabu lagi, karena di Itali hubungan sesama jenis itu statusnya udah legal sejak tahun 1890. Kaum transgender yang menjadi bagian dari singkatan LGBT mulai legal di tahun 1982. Kaum homoseksual juga boleh masuk militer, dan di Itali ada badan yang melindungi kaum LGBT dari tindak diskriminasi. (CMIIW, itu kata Wiki dengan berbagai sumber). Sementara itu, di tahun 1980-an, di Amerika malah muncul gerakan anti-gay, karena pada masa itu, munculnya virus HIV disebut-sebut sebagai hasil dari hubungan sesama jenis. Kalau fakta sejarah itu dicocoklogikan sama cerita fiksi ini, mungkin hal ini lah yang menjadi salah satu alasan Oliver kenapa waktu itu dia memutuskan buat melanjutkan hidup dengan menikah sama perempuan. Di tahun segitu budaya di Itali sama Amerika soal homoseksual sangat bertolak belakang.

Kejadulan di film ini emang berasa banget, mulai dari tempat sampe busana, terus propertinya juga, kayak telepon rumah model jadul, pemutar musik yang biasa dipakai Elio masih pakai kaset, belum lagi TV sama radio kunonya, terus sepeda kuno, mobil-mobil kuno, dan di jalanan tuh hampir gak ada motor, sekalinya nyliwer cuma vespa. Busananya juga jadul, katanya waktu jaman 80-an sih masih ngehits gaya celana pendek sama kemeja dengan kancing terbuka, kayak yang suka dipakai Oliver.

Hal unik lainnya di film adalah lalat dan peach. Seperti yang udah aku tulis sebelumnya, keberadaan lalat di beberapa scene ini menimbulkan pertanyaan. Maksudnya apa coba?
Nah, ternyata… lalat di film ini dipakai sebagai simbol. Simbol kesementaraan. Faktanya, lalat kalau didiemin di dalem rumah cuma bisa hidup selama kurang lebih 30 hari. Sangat sementara ya! Seperti kedekatan Elio dan Oliver yang gak berlangsung lama. Cuma beberapa minggu, tapi gak akan pernah terlupakan seumur hidup.
Simbol lainnya adalah buah peach, yang menjadi ‘ikon’ di film ini. Aku kira tadinya buah ini ada sangkut pautnya sama kepercayaan Yahudi (Oliver dan keluarga Elio adalah orang Yahudi), tapi ternyata enggak ada hubungannya. Berdasarkan hasil pencarian (niat bet sampe nyari. Wkwkwk…), buah peach mengandung arti kepolosan, kebijaksanaan, dan cinta. Kalau di Yunani, peach menjadi simbol pernikahan yang bahagia. Sedangkan menurut Wiki, para pelukis kuno di Eropa sering melukis peach atau menyertakan peach ke dalam lukisannya, yang melambangkan kejujuran hati. Jadi kenapa Andre Aciman sang penulis novel CMBYN memasukkan buah peach ke dalam cerita? Apakah karena buah peach itu bentuknya kayak vantat? *gak nyambung*

ya kan bentuknya kayak vantat

Sekarang ngomongin soundtracknya. Haha… Percaya gak, setelah kepincut sama Timmy dan sebelum download film-nya, aku nyoba download album soundtrack-nya dulu. Kalau lagu-lagunya kece aku baru download filmnya XD
Emmm… ya namanya juga film dengan settingan jadul ya, otomatis soundtrack-nya juga pakai lagu-lagu lawas. Lagu-lagu berbahasa Itali di album ini gak cukup menarik buat aku dengerin (mungkin kalau aku hidup di jaman 80-an aku bisa suka), soalnya musiknya jadul bet. Kalau musik intrumentalnya sih kece, itu yang mainin pianis dari Jepang, Ryuichi Sakamoto. Satu musisi paling menarik perhatianku di album ini adalah… Sufjan Stevens. Lagu-lagu lainnya di album ini lebih ke klasik, tapi 3 lagu ori yang dibawain Sufjan Sevens ini berbau nge-folk. You know I love folk music.

Mystery of Love jadi lagu andalan Sufjan Stevens di soundtrack CMBYN, lagu ini dapet nominasi sebagai soundtrack terbaik di penghargaan Oscar. Dari semua soundtrack di CMBYN, lagu ini emang paling berkesan sih. Mystery of Love ini diputer di bagian Elio sama Oliver melakukan jelajah alam sebelum Oliver pulang ke Amerika. Musiknya nge-folk, ada nuansa alamnya pula, cocok banget sama scene itu.
Di lagu ini ada bagian lirik “Like Hephaestion who died. Alexander’s lover” yang mengingatkan aku tentang hubungan salah satu tokoh dalam sejarah dunia, Alexander The Great atau Alexander Agung dengan sahabatnya, Hephaestion. Dulu aku sempet nemu tulisan yang bilang kalau Alexander the Great itu penyuka sesama jenis, tapi ada juga yang bilang kalau doi itu biseksual.

Selain Mystery of Love, lagu Sufjan Stevens berjudul Futile Devices juga enak buat dinikmatin. Lagu ini diputer waktu Oliver jaga jarak sama Elio. Oliver sendiri juga gak tau kenapa dia sempat jaga jarak begitu. *jaga jarak! Awas meledak!*
Lagu Sufjan Stevens yang jadi backsong di bagian ending film, berjudul Visions of Gideon juga cukup bikin aku penasaran. Who’s Gideon?
Dalam Alkitab dikisahkan bahwa Gideon adalah seorang pemuda Yahudi yang mendapat petunjuk dari Tuhan untuk berperang melawan bangsa Midian. Suatu ketika, malaikat Tuhan mendatangi Gideon dan mengatakan bahwa Tuhan menyertai Gideon, jadi Gideon gak perlu takut. Cuman, Gideon ini ragu-ragu sama apa yang dia alami (didatangi malaikat). Dia terus meminta jawaban tentang kebenaran penglihatannya itu.
Sepenggal lirik lagunya : “I have touched you for the last time… is it a video?” “Visions of Gideon”. Kalau dikaitkan sama lagu dan cerita di filmnya, Elio itu diibaratkan seperti Gideon, dia masih semacam gak percaya sama apa yang dia alami. Kayak yang… “Ini beneran enggak ya?” gak nyangka aja gitu, perasaan baru beberapa waktu lalu Elio menghabiskan waktu bersama Oliver, tapi hari itu dia mendapati kenyataan bahwa mereka gak bisa bersama lagi (kecuali kalau film ini ada sekuelnya). Bayangan kebersamaan sekaligus perpisahan dengan Oliver muncul. Bayangan-bayangan itu kayak video yang diputar dalam pikiran Elio.
Ah, pokoknya epic bet lah film ini! Kamu musti nonton (kecuali kamu anti-LGBT).

(update : beberapa waktu lalu aku denger kabar lagu Mystery of Love dapet penghargaan sebagai The Best Original Soundtrack)

Sufjan Stevens. Apalah arti angka dalam usia, kalau kenyataannya masih keliatan seperti BaLiTa, Bawah Limapuluh Tahun. tapi dia memang masih balita kok.


Anyway, Call Me by Your Name ini udah dapet banyak penghargaan. Film ini juga yang udah bikin nama Timothee Chalamet yang bisa dibilang masih baru di dunia perfilman jadi makin melambung tinggi, dia langsung menang banyak. Congrats, Timmy!

Terakhir, aku mau bilang, kalau kamu nemu film Call Me by Your Name dengan sub Indonesia dengan terjemahan yang baik dan benar tolong beritau aku ya XD
Ada sih, film CMBYN sub Indonesia tapi terjemahanannya gaje dan ngasal, jadi terpaksa aku harus download sub English nya. Ngomongnya pake bahasa Inggris dan tulisannya pake bahasa Inggris juga. Haha… gak apa deh, siapa tau abis nonton ini kemampuan bahasa Inggrisku jadi nambah dikit. Paling enggak nambah 2 kosakata, “Elio” dan “Oliver”. Lah anjirrrr~ XDDD

Oke deh, gitu aja. Makasih ya udah mampir.

Update :

  •  Kata Luca, CMBYN bakalan dibikin sekuel, nanti, tahun 2019.

  • Timmy ada film baru, judulnya Beautiful Boy, menceritakan tentang perjuangan seorang ayah yang ingin membebaskan anaknya (Timmy) dari jeratan narkoba. Waktu postingan ini di-update, trailernya udah ada di Yutup, tapi filmnya gak tau kapan tayang.

  •  Aku udah dapet subtitle bahasa Indonesia,  dapet dari salah satu pembaca postingan ini waktu aku masih pakai WordPress. Makasih kak ID (inisial aja, belum minta ijin ke orangnya buat ditulis nama di sini, tapi pokoknya makasih banget)

No comments:

Post a Comment