Ngomongin soal Call Me by Your Name-nya belum selese.
Keterkesanan ini masih berlanjut. Ahahaha…
Setelah di postingan sebelumnya aku bahas jalan cerita CMBYN,
kali ini aku mau bahas soal soundtrack film, latar tempat, dan beberapa simbol
di film itu yang membawa pengetahuan baru buat aku yang wawasannya sempit
banget ini.
si Elio itu mukanya 'patung' banget btw. |
Sebelumnya, kita udah tau ya, novel yang ditulis Andre
Aciman tahun 2007 itu latar waktunya di tahun 1983. Di tahun segitu, hubungan
sesama jenis di Itali udah bukan hal tabu lagi, karena di Itali hubungan sesama
jenis itu statusnya udah legal sejak tahun 1890. Kaum transgender yang menjadi
bagian dari singkatan LGBT mulai legal di tahun 1982. Kaum homoseksual juga
boleh masuk militer, dan di Itali ada badan yang melindungi kaum LGBT dari
tindak diskriminasi. (CMIIW, itu kata Wiki dengan berbagai sumber). Sementara
itu, di tahun 1980-an, di Amerika malah muncul gerakan anti-gay, karena pada
masa itu, munculnya virus HIV disebut-sebut sebagai hasil dari hubungan sesama
jenis. Kalau fakta sejarah itu dicocoklogikan sama cerita fiksi ini, mungkin
hal ini lah yang menjadi salah satu alasan Oliver kenapa waktu itu dia
memutuskan buat melanjutkan hidup dengan menikah sama perempuan. Di tahun
segitu budaya di Itali sama Amerika soal homoseksual sangat bertolak belakang.
Kejadulan di film ini emang berasa banget, mulai dari tempat
sampe busana, terus propertinya juga, kayak telepon rumah model jadul, pemutar
musik yang biasa dipakai Elio masih pakai kaset, belum lagi TV sama radio
kunonya, terus sepeda kuno, mobil-mobil kuno, dan di jalanan tuh hampir gak ada
motor, sekalinya nyliwer cuma vespa. Busananya juga jadul, katanya waktu jaman
80-an sih masih ngehits gaya celana pendek sama kemeja dengan kancing terbuka,
kayak yang suka dipakai Oliver.
Hal unik lainnya di film adalah lalat dan peach. Seperti
yang udah aku tulis sebelumnya, keberadaan lalat di beberapa scene ini
menimbulkan pertanyaan. Maksudnya apa coba?
Nah, ternyata… lalat di film ini dipakai sebagai simbol.
Simbol kesementaraan. Faktanya, lalat kalau didiemin di dalem rumah cuma bisa
hidup selama kurang lebih 30 hari. Sangat sementara ya! Seperti kedekatan Elio
dan Oliver yang gak berlangsung lama. Cuma beberapa minggu, tapi gak akan
pernah terlupakan seumur hidup.
Simbol lainnya adalah buah peach, yang menjadi ‘ikon’ di
film ini. Aku kira tadinya buah ini ada sangkut pautnya sama kepercayaan Yahudi
(Oliver dan keluarga Elio adalah orang Yahudi), tapi ternyata enggak ada
hubungannya. Berdasarkan hasil pencarian (niat bet sampe nyari. Wkwkwk…), buah
peach mengandung arti kepolosan, kebijaksanaan, dan cinta. Kalau di Yunani, peach
menjadi simbol pernikahan yang bahagia. Sedangkan menurut Wiki, para pelukis
kuno di Eropa sering melukis peach atau menyertakan peach ke dalam lukisannya,
yang melambangkan kejujuran hati. Jadi kenapa Andre Aciman sang penulis novel
CMBYN memasukkan buah peach ke dalam cerita? Apakah karena buah peach itu
bentuknya kayak vantat? *gak nyambung*
ya kan bentuknya kayak vantat |
Sekarang ngomongin soundtracknya. Haha… Percaya gak, setelah
kepincut sama Timmy dan sebelum download film-nya, aku nyoba download album
soundtrack-nya dulu. Kalau lagu-lagunya kece aku baru download filmnya XD
Emmm… ya namanya juga film dengan settingan jadul ya,
otomatis soundtrack-nya juga pakai lagu-lagu lawas. Lagu-lagu berbahasa Itali di
album ini gak cukup menarik buat aku dengerin (mungkin kalau aku hidup di jaman
80-an aku bisa suka), soalnya musiknya jadul bet. Kalau musik intrumentalnya
sih kece, itu yang mainin pianis dari Jepang, Ryuichi Sakamoto. Satu musisi
paling menarik perhatianku di album ini adalah… Sufjan Stevens. Lagu-lagu
lainnya di album ini lebih ke klasik, tapi 3 lagu ori yang dibawain Sufjan
Sevens ini berbau nge-folk. You know I love folk music.
Mystery of Love jadi
lagu andalan Sufjan Stevens di soundtrack CMBYN, lagu ini dapet nominasi
sebagai soundtrack terbaik di penghargaan Oscar. Dari semua soundtrack di
CMBYN, lagu ini emang paling berkesan sih. Mystery of Love ini diputer di
bagian Elio sama Oliver melakukan jelajah alam sebelum Oliver pulang ke
Amerika. Musiknya nge-folk, ada nuansa alamnya pula, cocok banget sama scene
itu.
Di lagu ini ada bagian lirik “Like Hephaestion who died. Alexander’s lover” yang mengingatkan
aku tentang hubungan salah satu tokoh dalam sejarah dunia, Alexander The Great
atau Alexander Agung dengan sahabatnya, Hephaestion. Dulu aku sempet nemu
tulisan yang bilang kalau Alexander the Great itu penyuka sesama jenis, tapi
ada juga yang bilang kalau doi itu biseksual.
Selain Mystery of Love, lagu Sufjan Stevens berjudul Futile Devices juga enak buat
dinikmatin. Lagu ini diputer waktu Oliver jaga jarak sama Elio. Oliver sendiri
juga gak tau kenapa dia sempat jaga jarak begitu. *jaga jarak! Awas meledak!*
Lagu Sufjan Stevens yang jadi backsong di bagian ending
film, berjudul Visions of Gideon
juga cukup bikin aku penasaran. Who’s Gideon?
Dalam Alkitab dikisahkan bahwa Gideon adalah seorang pemuda Yahudi
yang mendapat petunjuk dari Tuhan untuk berperang melawan bangsa Midian. Suatu
ketika, malaikat Tuhan mendatangi Gideon dan mengatakan bahwa Tuhan menyertai
Gideon, jadi Gideon gak perlu takut. Cuman, Gideon ini ragu-ragu sama apa yang
dia alami (didatangi malaikat). Dia terus meminta jawaban tentang kebenaran
penglihatannya itu.
Sepenggal lirik lagunya : “I have touched you for the last time… is it a video?” “Visions of
Gideon”. Kalau dikaitkan sama lagu dan cerita di filmnya, Elio itu
diibaratkan seperti Gideon, dia masih semacam gak percaya sama apa yang dia
alami. Kayak yang… “Ini beneran enggak
ya?” gak nyangka aja gitu, perasaan baru beberapa waktu lalu Elio menghabiskan
waktu bersama Oliver, tapi hari itu dia mendapati kenyataan bahwa mereka gak
bisa bersama lagi (kecuali kalau film ini ada sekuelnya). Bayangan kebersamaan
sekaligus perpisahan dengan Oliver muncul. Bayangan-bayangan itu kayak video yang
diputar dalam pikiran Elio.
Ah, pokoknya epic bet lah film ini! Kamu musti nonton
(kecuali kamu anti-LGBT).
(update : beberapa waktu lalu aku denger kabar lagu Mystery
of Love dapet penghargaan sebagai The Best Original Soundtrack)
Sufjan Stevens. Apalah arti angka dalam usia, kalau kenyataannya masih keliatan seperti BaLiTa, Bawah Limapuluh Tahun. tapi dia memang masih balita kok. |
Anyway, Call Me by
Your Name ini udah dapet banyak penghargaan. Film ini juga yang udah bikin
nama Timothee Chalamet yang bisa dibilang masih baru di dunia perfilman jadi
makin melambung tinggi, dia langsung menang banyak. Congrats, Timmy!
Terakhir, aku mau bilang, kalau kamu nemu film Call Me by
Your Name dengan sub Indonesia dengan terjemahan yang baik dan benar tolong
beritau aku ya XD
Ada sih, film CMBYN sub Indonesia tapi terjemahanannya gaje
dan ngasal, jadi terpaksa aku harus download sub English nya. Ngomongnya pake
bahasa Inggris dan tulisannya pake bahasa Inggris juga. Haha… gak apa deh,
siapa tau abis nonton ini kemampuan bahasa Inggrisku jadi nambah dikit. Paling
enggak nambah 2 kosakata, “Elio” dan “Oliver”. Lah anjirrrr~ XDDD
Oke deh, gitu aja. Makasih ya udah mampir.
Update :
- Kata Luca, CMBYN bakalan dibikin sekuel, nanti, tahun 2019.
- Timmy ada film baru, judulnya Beautiful Boy, menceritakan tentang perjuangan seorang ayah yang ingin membebaskan anaknya (Timmy) dari jeratan narkoba. Waktu postingan ini di-update, trailernya udah ada di Yutup, tapi filmnya gak tau kapan tayang.
- Aku udah dapet subtitle bahasa Indonesia, dapet dari salah satu pembaca postingan ini waktu aku masih pakai WordPress. Makasih kak ID (inisial aja, belum minta ijin ke orangnya buat ditulis nama di sini, tapi pokoknya makasih banget)
No comments:
Post a Comment