Saturday, December 8, 2018
Ego dalam Doa
Di dalam setiap doa selalu ada keinginan dan harapan yang dibuat oleh manusia. Selama kita masih hidup, harapan selalu ada. Kita menyampaikan harapan melalui doa kepada sesuatu yang kita percayai, apa pun itu.
Tapi doa bukan sekedar alat buat menyampaikan apa yang kita inginkan. Ternyata, ada fungsi lainnya juga.
Dulu, bapakku pernah bilang, “Ketika kamu berdoa jangan cuma minta-minta aja, tapi jangan lupa buat berterima kasih juga sama Sang Pencipta”.
This is it!! Berterima kasih alias bersyukur, adalah hal yang sebenarnya sangat penting kalau kita sadari. Makasih itu harusnya gak cuma di mulut doang, tapi harus ditanamkan juga dalam hati dan perilaku kita. Bersyukur, mengingat semua hal baik dalam hidup kita, maka kita akan tau, bahwa bahagia itu sebenernya kita udah punya, cuman kadang gak dirasain aja. Dengan bersyukur, kita bisa lebih bisa merasakan kebahagiaan itu, dan berkurang lah hal-hal negatif dalam hati dan pikiran kita.
Lebih banyak bersyukur, lebih mudah buat kita tetep berpikir positif dan menikmati hidup.
Selain mengutarakan keinginan dan berterima kasih, penting untuk selalu ‘introspeksi diri’ dalam setiap doa, atau yang biasa kita sebut sebagai “minta ampunan”. Baiknya minta ampunan itu gak cuma diucapin aja, ya walaupun kita kadang gak nyadar kesalahan-kesalahan apa aja yang udah kita perbuat di hari itu. Di sini lah pentingnya kesadaran diri.
Kenapa kalau berdoa disarankan dalam kondisi yang tenang dan hening?
Karena di kondisi itu lah kita bisa lebih mudah menenangkan dan menjernihkan pikiran, dengan begitu diharapkan kesadaran akan lebih meningkat.
Jangan berpikir bahwa cuma Tuhan yang tau apa kesalahan kita, tapi kita juga harusnya mengingat dan memikirkan apa aja kesalahan yang udah kita lakukan terutama ke orang lain.
Semisal, di hari itu, kita mengucapkan sesuatu yang sekiranya menyinggung perasaan orang lain, apa kah yang seperti itu cuma jadi urusan Tuhan dan cuma Tuhan yang berhak mengetahuinya?
Enggak gitu kan?
Lalu setelah mengetahui bahwa kita bersalah, apa cukup dengan minta ampun doang ke Tuhan? Aku kira orang-orang yang terbiasa bercermin dalam doa mereka lebih memahaminya.
Banyak orang percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan doa kita dengan cara-Nya sendiri dan di waktu yang tepat. Seperti kalimat “Semua sudah diatur oleh Tuhan”, misalnya.
Kalau semua sudah diatur oleh Tuhan, terus buat apa kita berdoa minta ini dan itu? Udah gitu kadang kita mintanya cepet-cepet. “Ya Tuhan, aku ingin segera mendapatkan jodoh”, “Ya Tuhan, semoga kami cepat dapat momongan”, “Ya Tuhan, semoga penderitaan ini cepat berakhir”, dlsb. Itu jadi kayak gak sabaran gitu, ya gak sih? XD
Katanya 100% percaya sama Tuhan? Katanya pasrah dan menyerahkan semuanya ke Tuhan? Kalau udah percaya Tuhan bakal ngasih di waktu yang tepat, ya udah sih gak usah minta cepet-cepet.
Mungkin gak semua orang kayak gitu, tapi banyak yang begitu.
Kemudian muncul dalam pikiranku…
Apakah masih ada ego dalam doa kita?
“Aku yakin Tuhan akan mengabulkan doaku di waktu yang tepat, tapi plis lah jangan lama-lama”. Wkwkwkwk…
Lalu bagaimana dengan doa “Semoga cepat sembuh”?
Ntah lah. Aku sendiri juga kurang paham. Semua orang sakit pasti menginginkan kesembuhan, semua orang sehat pasti gak pingin sakit, kecuali anak sekolah atau karyawan yang pengen banget libur tapi gak punya alasan lain selain harus sakit. Hahaha…
Ucapan “Semoga cepat sembuh” atau disingkat “GWS” menunjukkan suatu harapan akan perubahan dari suatu penderitaan ke kondisi terlepas dari penderitaan. Setidaknya, kalau orang sakit mendengar ucapan harapan itu, dia akan punya semangat dan berpikir positif bahwa dirinya akan segera pulih kembali. Ungkapan “GWS” juga merupakan wujud simpati kita terhadap orang lain yang sedang sakit.
Aku kembali bertanya…
Apakah ego dalam doa kita itu menunjukkan bahwa kita gak 100% percaya dan pasrah kepada sesuatu yang kita yakini?
Semisal, kita berdoa menginginkan rencana berjalan sesuai kehendak kita, tapi kenyataannya berbeda. Jika reaksi kita adalah marah dan kecewa kemungkinan masih ada ego dalam doa kita, ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan yang gak mengabulkan doa kita, lebih jauh lagi kita menyalahkan diri sendiri, menganggap diri sendiri masih banyak dosa sehingga Tuhan belum mau mengabulkan doa kita. Itu bisa berdampak buruk buat kesehatan mental.
Tapi, jika reaksi kita positif, yaitu menerima apa pun yang terjadi, berarti kita memang 100% percaya kepada sesuatu yang kita yakini. Gak menyalahkan Tuhan dan diri sendiri atau keadaan.
Let it be aja lah.
Ya udah deh gitu aja. Makasih ya udah baca. See you~
Labels:
agama
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
weh jeng hira
ReplyDelete