Kita pasti udah sering mendengar pernyataan bahwa kerudung adalah identitas muslimah, itu yang membedakan wanita muslim dengan wanita non-muslim. Sementara di pihak lain ada yang menyatakan bahwa kerudung adalah budaya Timur Tengah, bukan identitas suatu agama.
Terus yang bener yang mana nih?
Hmmm~ aku sih gak bermaksud mencari pembenaran atau kebenaran ya, di sini aku cuma mau meninjau dan mengetahui sedikit lebih jauh tentang kerudung.
Kerudung, atau penutup kepala, atau khimaar, itu sebenarnya udah ada dari jaman dulu banget sebelum munculnya peradaban islam. Bahkan, kerudung juga ada dalam agama-agama lain.
Dalam kepercayaan Yahudi modern, wanita yang memakai kerudung itu sebagai simbol bahwa wanita tersebut sudah menikah, selain itu kerudung yang mereka kenakan juga merupakan bentuk kesopanan, kerendahan hati, dan ketaatan kepada Tuhan.
kerudung khas Yahudi |
Lukisan wanita Yahudi di hari Sabbath (art by : Boris Dubrov) |
Wanita Yahudi Morocco tahun 1880 |
Wanita Yahudi kuno juga memakai penutup kepala yang biasa disebut “tzniut”. Bentuknya begini :
Wanita-wanita Yahudi diwajibkan memakai kerudung setiap berdoa di Sinagog dan setiap kali ada acara-acara keagamaan.
Dulu sih aku pernah nemu postingan tentang pemakaian kerudung dan niqab di Yahudi kuno, itu pakaiannya persis banget kayak wanita-wanita muslim bercadar yang sering kita lihat di Indonesia sekarang. Sayangnya aku lupa itu nemu di mana dulu. Dicari lagi sampai sekarang belum nemu linknya. Nanti kalau ada yang nemu tolong kasih tau ya.
Nah, kalau di agama Kristen, wanita-wanitanya juga
sebenernya dulu pakai kerudung. Apalagi Kristen Ortodox ya, kerudungnya rapet,
identik dengan warna hitam juga, hampir mirip sama niqab-niqab yang dipakai
muslimah.
Aku pernah tanya ke salah satu temanku yang Kristen, sebut saja namanya
Ester *nama aselinya memang Ester* tentang pemakaian kerudung oleh wanita
Kristen, dia juga membenarkan itu, bunda Maria juga pakai kerudung, cuman
karena pengaruh lingkungan dan perubahan zaman, kebiasaan itu semakin hilang di
kalangan jemaat Kristen.The Nun. hehehe... |
jemaat Kristen Orthodox di Rusia |
Mengenai kerudung dalam kepercayaan Islam, Islam mengutip 2 ayat Al-Quran yang mengatakan tentang menutup bagian tubuh wanita.
Seperti di dalam QS 24 (An-Nur) ayat 31, Katakanlah kepada wanita yang beriman : “Hendaklah menahan pandangannya dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putra-putra suadara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supya kamu beruntung”.
Ada lagi nih, di QS 33 (Al-Ahzab) ayat 59 : “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang”.
Menurut sejarahnya, jauh sebelum agama Islam muncul, wanita-wanita di tanah Arab memang sering memakai tudung atau penutup kepala, bahkan laki-laki di Arab juga pakai penutup kepala kan?
Tapi, waktu itu, wanita non-muslim di Arab memakai kerudung yang diikat bagian belakangnya aja, jadi bagian leher dan dada gak tertutup kain kerudung. Buat membedakan identitas sebagai muslim dan non-muslim, wanita-wanita Islam masih tetap memakai pakaian khas Arab dengan kerudung, tapi bedanya, kerudung muslimah itu menutup bagian leher dan dada juga, jadi mereka mudah dikenali. Mungkin ini landasan dari argumen “kerudung sebagai identitas muslimah”, karena mungkin cara pakainya berbeda sama cara pakai kerudungnya non-muslimah di tanah Arab waktu itu.
Di jaman awal kemunculan Islam, Islam kan masih jadi minoritas di sana, dan mereka (orang-orang islam) dijadikan budak oleh orang-orang non-islam dan diperlakukan semena-mena, termasuk suka digangguin kalau di luar rumah. (itu menurut cerita-cerita yang biasa disampaikan di bangku sekolahku dulu).
Terus, di jaman dulu, kebanyakan rumah-rumah di Arab itu gak ada fasilitas jamban alias toilet, jadi, kalau mau buang hajat, mereka musti keluar rumah. Berhubung para wanita muslim suka digangguin, maka diperintahkanlah mereka memakai kerudung yang menutup tubuh biar terlindung dari gangguan luar.
Menurut sebab turunnya ayat, waktu itu, salah satu isteri Rosul yang bernama Saudah lagi buang hajat di jamban umum yang tentunya outdoor. Mak Saudah ini bentukannya tinggi gede, khas emak-emak Arab, jadi walaupun beliau lagi nongkrong, badannya masih bisa keliatan dari celah semak-semak atau penghalangnya. Suatu ketika, salah seorang sahabat Muhammad (lupa siapa, pokoknya 1 dari 4 sahabat nabi) melihat Saudah sedang buang hajat, terus sang sahabat merasa risih, dan abis itu laporan ke Muhammad. Maka turunlah ayat tentang perintah menutup tubuh itu.
Jadi ayat itu turun karena dulunya rumah-rumah di Arab tempat Muhammad tinggal belum ada fasilitas toiletnya. Gitu gengs~ (CMIIW ya, maklum masih belajar juga).
Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa lahirnya kebudayaan hijab itu dikarenakan faktor geografis. Yahudi, Kristen, dan Islam, adalah 3 agama Abrahamik yang lahir di wilayah Timur Tengah, di mana wilayah itu sebagian besar berupa padang pasir.
Pakaian yang full cover seperti itu memang cocok dipakai buat penghuni di wilayah berpadang pasir buat melindungi kulit tubuh dan rambut mereka. Semisal lagi jalan trus tau-tau ada angin, pasirnya kebawa angin, mereka bisa dengan sigap (atau mungkin reflek) menutup bagian wajahnya biar gak kena pasir, biar matanya gak kelilipan.
Terus, kalau malam hari itu kan wilayah padang pasir suhunya bisa dingin banget yak, jadi pakaian full cover begitu juga lumayan bisa buat anget-anget kalau pas malem.
Masuk akal kan?
Coba kalau pakaian full cover seperti Niqab itu dipakai buat pakaian sehari-hari wanita Indonesia, wah… mana betah. Pasti gerah bet.
Eh, tapi nyatanya banyak sih sekarang wanita Indonesia yang berniqab. Yaudalah gak apa-apa sih, asal gak mengganggu ketertiban dunia dan gak meledakkan diri di tempat umum aja.
Berdasarkan hasil jalan-jalanku di internet, aku melihat, hijab ini sudah mulai berkembang lebih pesat. Bukan cuma di kalangan Islam aja, tapi agama Kristen juga sepertinya mulai ‘menghidupkan’ kembali tradisi pakaian wanita Kristen untuk kepentingan ibadah.
Seperti salah satu tulisan yang aku temukan di situs http://dissidentvoice.org , yang memuat tulisan seorang dokter sekaligus penulis sejarah peradaban Timur Tengah kuno, bernama Dr. Ashraf Ezzat. Selain menulis sejarah Timur Tengah, beliau juga suka menulis tentang sejarah peradaban Mesir kuno, perbandingan agama, dan politik khususnya konflik Arab-Israel.
Dalam tulisannya berjudul “Hijab : The Politics and History behind the Veil” (Hijab : Politik dan Sejarah di balik Kerudung), Dr. Ashraf Ezzat menyampaikan bahwa semakin hari, wanita-wanita Arab semakin banyak yang mengenakan hijab, setelah beberapa dekade sebelumnya pengguna hijab berjumlah lebih sedikit. Sekarang, di Arab, wanita-wanita Kristen pun memakai hijab.
Bukan untuk keperluan ‘pembeda identitas’ seperti yang dituliskan dalam Al-Quran, tapi lebih sebagai sikap kesopanan dalam berpakaian dan ketaatan dalam beragama.
Menurut beliau, ini ada kaitannya dengan tujuan politik. Tapi di sini aku gak mau bahas itu karena nanti bisa lebih panjang ya. Kalau kamu penasaran dan mau tau lebih jauh tentang tulisan Dr. Ashraf itu, kamu bisa membacanya sendiri DI SINI.
Terus nih, aku juga nemu tulisan di redaksiindonesia.com yang ditulis oleh seorang profesor antropologi budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals –Arab Saudi, bapak Sumanto Al-Qurtuby, dengan judul “Kerudung Perempuan Arab Kristen di Irak”.
Dalam tulisannya itu, wanita-wanita Kristen di Irak memakai kerudung di setiap kegiatan yang digelar di gereja. Mereka juga membaca Injil berbahasa Arab.
Satu lagi yang aku nemu tentang hijab dalam Kristen. Sebuah buku yang aku pingin banget bisa punya dan membacanya, berjudul “Head Covering : A Forgotten Christian Practice for Modern Times” karya Jeremy Gardiner yang diterbitkan tahun 2016.
Dalam buku itu, intinya, sang penulis mengajak para wanita Kristen untuk menghidupkan kembali budaya atau kebiasaan dalam agamanya yang saat ini sudah terlupakan.
Padahal sudah sekitar 1900 tahunan, kebiasaan memakai kerudung oleh para wanita Kristen itu dilakukan, tapi seiring perubahan jaman dan pengaruh kebudayaan Eropa, kebiasaan itu jadi hilang.
Buku ini juga digunakan sebagai referensi di tulisan Wikipedia dengan judul “Christian Headcovering”, kamu bisa tau lebih jauh tentang sejarah kerudung dalam Kristen di situ.
Kalau dipikir-pikir, mungkin dengan melekatnya stigma “kerudung sebagai identitas muslimah” itu juga bikin wanita-wanita Kristen perlahan jadi menghilangkan kebiasaan memakai kerudung.
You know lah ya, sejak penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh kaum muslim di berbagai negara Eropa dan negara-negara minim muslim lainnya, muslim jadi dipandang sebelah mata, dianggap penyebar terror, penuh ancaman.
Ehm, padahal kalau baca-baca sejarah ya emang gitu sih, muslim sering melakukan penyerangan-penyerangan. Aku gak menyangkal, karena itu memang terjadi. Entah apapun alasannya, tapi ancaman dan terror bom atau bentuk penyerangan-penyerangan yang dilakukan kaum muslim itu udah bikin banyak orang jadi paranoid atau bahkan menghindari kaum muslim.
Makanya kan dulu kita sering dengar berita tentang muslim/muslimah yang dikucilkan di wilayah mayoritas non-muslim, ya karena bagi mereka, kaum muslim itu menakutkan.
Mungkin karena alasan itu lah, wanita-wanita Kristen gak mau pakai kerudung karena nanti bisa dikira sebagai wanita muslim.
Terakhir nih, kalau someday kamu nemu postingan dengan gambar wanita berkerudung yang bawa salib atau memakai salib dan dikasih judul “Astaghfirullah!! Wanita-wanita berkerudung ini membaca Al-Quran di Gereja” terus isi postingannya bilang kalau wanita-wanita itu adalah Kristen yang menyamar untuk memfitnah atau menistakan islam, itu kamu jangan langsung percaya gitu aja!! Dulu ada tuh postingan yang kayak begitu, terus disebarluaskan tanpa mengkaji lebih jauh.
Ketahui lebih jauh setiap postingan yang sekiranya memprovokasi, telusuri dengan rinci, jangan mau jadi korban adu domba dengan menelan berita secara mentah-mentah. Termasuk baca postingan-postingan blog aku, walaupun gak penting tapi perlu ditelusuri juga kebenarannya. Siapa tau yang punya blog ini ternyata antek PKI yang menyamar menjadi wibu dengan tujuan memecah belah bangsa, ya kan? *gak segitunya sih*
Sekarang kita udah tau kan, kalau wanita-wanita Kristen dan Yahudi juga memakai kerudung. Dan mereka membaca kitab-kitabnya bisa dengan menggunakan bahasa setempat. Semisal Kristen Arab baca Injil pakai bahasa Arab ya itu udah pasti, karena mereka orang Arab dan tinggalnya di Arab. Ingat, tulisan yang pakainya tulisan Arab itu bukan cuma Al-Quran doang. Torah dan Alkitab pun bisa ditulis dengan tulisan Arab. Bahkan, sepatu edisi Ramadhan keluaran Nike juga ada tulisan Arabnya.
Hahaha…
Makasih ya udah mampir. Maaf kalau ada salah-salah kata.
Silahkan tinggalkan komentar kalau berkenan.
No comments:
Post a Comment